Dalam kegelapan pekat, aku melihat titik putih, aku terus berusaha mengejar titik putih itu, makin lama makin membesar membuat silau kedua mataku, teryata titik putih itu adalah langit-langit kamar di mana aku berada.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar nak...!” suara seorang perempuan terdengar lembut di telingaku, aku kenal suara itu suara ibuku. “Ibu, yasin di mana?” aku belum mengenali sekililingku semuanya serba putih, bau pil menusuk.
“Tenang nak!, kamu sekarang di rumah sakit”. Ibu berdiri di samping ranjangku. kulihat tangan kiriku ada selang infus. Aku masih hidup pikirku.
“Maafkan yasin bu”.
Aku berusaha bangun dan ”Owh...!” kepalaku mendadak terasa berat dan pening. ”Istirahatlah nak jangan paksakan bangun fisikmu masih lemah” kulihat Ibu tersenyum, aku kembali berbaring. “Berapa lama yasin pingsan Bu?”
“Tiga hari kamu nggak sadar”
Ibu mengambil segelas air di meja dan memberikan padaku, Ibu membantuku bangun dari ranjang, kuteguk beberapa kali, terasa segar air mengalir di kerongkongan. tiga hari aku tidak sadar berarti tiga hari aku tidak minum.
“Tok- tok!” pintu diketuk Ibu bergegas membuka pintu ”Selamat siang!”
“Selamat siang!” jawab Ibu. “Oh pak dokter, silahkan dok”. seorang laki-laki dengan pakain putih masuk bersama seorang suster “Sudah sadar yasin nyoya?” “ Syukur dok, yassin sudah sadar” dokter itu memeriksaku “Anak nyonya besok pagi sudah bisa dibawa pulang, besok pemeriksaan terakhir”
“Oh iya, terimakasih dok”
“kalau begitu saya permisi mau memeriksa pasien yang lain”
“Terima kasih dok ”***
Sejak peristiwa itu, peristiwa yang harus membuatku koma tiga hari di rumah sakit telah mengubah hidupku, pikiranku juga hatiku, Aku bersyukur aku belum diizinkan mati, Tuhan masih sayang padaku, aku jadi rajin menghadiri pengajiannya saykh Yunus di masjid tidak jauh dari rumahku. Syaikh Yunus adalah seorang ulama terkenal di kotaku, ilmunya luas, tawadhu' dan dermawan. Majlis pengajiannya sering dipenuhi oleh jamaah. Menurut cerita yang kudengar, beliau keturunan arab blesteran, ayahnya dari Quwait ibunya Cina. sebelumnya aku benci masjid, bagiku masjid hanya tempat orang malas yang kerjanya hanya berdo'a tidak mau berusaha. Aku muslim keturunan, begitu juga kedua orang tuaku, ayah seorang pengikut taat tariqah Syaziliah, ayah meninggal empat tahun lalu, kami hanya bertiga, aku,ibu dan ibrahim saudara kandungku satu-satunya, Ia lebih tua dariku lima tahun, sudah menikah tinggal di Qatar, Ia jarang pulang ke Prancis, biasanya Ia menjenguk kami setahun dua kali di Idul fitri dan Idul adha, selain sibuk mengajar aktif juga di islam pergerakan.
kami hidup dari hasil toko buku peninggalan ayah, tiap bulan Ibrahim mengirim uang untuk ibu, cukuplah untuk biaya sekolahku dan kebutuhan sehari hari.
Perbedaan sifat dan watak antara aku dan saudaraku Ibrahim sangat jauh, Ibrahim orangnya pendiam,penurut dan penyabar. Aku paling susah diatur, pemarah, nasehat ibu hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan, pernah ketika ibu mau mengirimku ke Madinah belajar di pesantren, aku kabur, Ibu bingung mencariku ke mana-mana, sebulan kemudian aku baru pulang ke rumah setelah mendengar jantung ibu kumat lagi dan satu hal paling elergi aku mendengarnya, cerita syurga-neraka, hari kebangkitan dan entah apalagi, menurutku itu semua tidak jelas keberadaanya atau boleh jadi hanya doktrin karangan ulama saja.
Alizee anak dari tuan hendry gadis penuh daya pesona, cantik,putih,tinggi semampai, penari ballet terkenal di kotaku, aku bukan hanya mencintai bahkan terlalu mencintainya, hubunganku dengannya sudah lama, sejak SMA, bahkan aku pernah beberapa kali tidur bersama, Ia tiba-tiba menikah dengan laki-laki lain tanpa memberitahuku, klise saja alasanya, Ia harus menikah dengan pilihan orangtuanya juga karna aku dan dia beda agama, betapa hancurnya hatiku dunia jadi gelap hingga aku berpikiran pendek dan bodoh, sebotol racun serangga cukup membuatku terkapar koma tiga hari, tapi Tuhan maha pengasih, sebotol racun serangga tidak membuat malaikat maut menjemputku***
“Bunuh diri adalah dosa besar yang tidak ada ampunan bagi pelakunya” syaikh Yunus menasehatiku, “Kita harus sabar dan takwakal atas apa yang menimpa kita, berprasangka baik pada Tuhan akan membuat hidup kita lebih tenang, cinta abadi hanya milik Tuhan pencipta cinta, maka cintailah sang pemilik cinta”.
“terima kasih syaikh” jawabku, Aku semakin kagum pada Syaikh Yunus.
Suatu ketika beliau memanggilku setelah selesai pengajian “Nak Yassin kemarilah”. Aku melangkah mendekati saykh Yunus ”Duduk di sini”. Aku duduk berhadapan dengan beliau, wajahnya yang bercahaya penuh simpatik membuat hatiku terasa tenang dan damai
“Kamu Yasin, anaknya tuan Isa bukan?”
“Benar saykh” jawabku. “Aku kenal dengan ayahmu, ayahmu itu orang yang shaleh”
“Terima kasih saykh” jawabku gembira, saykh Yunus kenal dengan ayahku
“Kamu mau mendengar kisah hidupku?”
“Oh!, terima kasih, sungguh sebuah kehormatan besar buat saya, syaikh Yunus mau menceritakan kepada saya”.
“Baik, dengarkanlah”
Saykh Yunus mulai bercerita:
“Kira-kira tiga puluh tahun yang lalu, aku tinggal di selatan Paris, Aku pengusaha expor dan impor, hari demi hari usahaku semakin meningkat, Yah, tentu penghasilannya juga bertambah, bisa dibilang aku orang terkaya di selatan, untuk hidup aku tidak pernah kekurangan, Aku punya empat istri, istriku yang pertama dari Yunani, ke dua dari Uzbekistan, ke tiga dari Portugal dan yang terakhir berkebangsaan Prancis asal Maroko.
“Subhanallah...!, kalau begitu saykh hebat, sudah kaya, istrinya empat” Aku terpaksa nyeletuk karna kagum sekali dengan cerita beliau.
“Usahaku bertambah maju, Aku semakin sibuk dan akhirnya aku lupa kewajibanku selaku seorang muslim, Aku terlena tenggelam dalam duniaku, bahagiakah aku?, aku tidak merasa bahagia sedikitpun, kekayaan melimpah tidak membuatku bahagia bahkan aku merasakan kegersangan dalam dada ini, karna sesuatu yang besar telah aku lupakan yaitu agama yang mulia ini, semua istriku kuceraikan dan aku hidup sendiri mencari bahagiaku yang hilang hingga pada suatu saat sampailah aku pada tahap yang aku tidak bisa bertahan lagi, Entah setan mana yang membisikiku, Aku ambil tali, terus masuk kamar dan kuikat tali pada tiang di langit kamarku, lalu kutarik kursi dan aku naik di atasnya, sementara ujung tali yang lain aku belitkan di leherku, kamu tahu Yasin apa yang akan kubuat, Aku akan menghabisi nafas ini, Aku akan mengakhiri hidup ini!”, saykh Yunus berhenti sejenak menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkanya, seolah-olah dada beliau sesak, kemudian ia bercerita lagi.
“Aku tendang kursi yang kunaiki, aneh berkali-kali kutendang tapi kursi tidak bergeser sedikitpun, dalam keadaan seperti itu aku mendengar ketuk pintu, sepertinya ada orang mau bertamu, dalam hatiku berperang apakah aku membuka pintu dan menunda bunuh diri ini atau aku teruskan, setan membisikkan teruskan. Kutendang lagi kursi tapi kursi itu tetap tidak bergeser sedikitpun sepertinya ada kekuatan gaib yang menahan kaki kursi, dua kali pintu diketuk aku semakin bingung antara buka pintu atau teruskan kerjaku ini, Akhirnya pada ketukan ke tiga kalinya aku lepaskan tali yang melilit dileherku dan aku turun dari kursi, lalu aku buka pintu. tunda dululah bunuh dirinya nanti bisa diteruskan kataku dalam hati,
“Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!” jawabku, empat orang berpakain jubah putih-putih berdiri di hadapanku. “ kalian mau apa datang ke sini?” kataku kasar. “Maaf pak, kami rombongan dakwah dari pakistan ingin bersilaturahi ke rumah bapak” salah seorang dari mereka menjawab dengan tersenyum.
“Maaf, saya tidak ada waktu untuk kalian, saya sibuk, kalau ingin sumbangan ngomong saja berapa kalian minta!!”
“Kami tidak meminta sumbangan tapi kami minta bapak pergi bersama kami ke masjid” jawabnya.
“Sudahlah saya tidak ada waktu untuk kalian, ayo silahkan angkat kaki dari rumahku” aku bertambah marah, orang ini tak paham-paham lagi batinku. “Kami tidak akan meninggalkan rumah ini sebelum bapak ikut kami ke masjid”.
“baik, kalau begitu kalian pergi dulu, nanti saya menyusul ke masjid” jawabku menghindar dari ajakan mereka ke masjid, “Kami tidak akan pergi sebelum bapak berangkat bersama kami”. Aku kalah tidak bisa mengelak lagi, tak apalah pergi masjid dulu nanti bisa diteruskan kerjaku yang belum selesai, “Baiklah, kalau begitu kalian tunggu saya mandi dan ganti baju”.
Aku mandi dan tukar baju sementara mereka menunggu di ruang tamu. Setelah selesai aku pergi bersama mereka ke masjid. Ketika sampai di depan pintu masjid aku merasa kaki berat sekali untuk melangkah ke dalam dan aku berusaha mencari celah untuk lari. “ Pak ayo masuk” ajak mereka yang membawaku ke masjid. Aku diam tetap berdiri di tempatku “Ayolah pak, masuk, inikan rumah Allah, siapa yang masuk rumah Allah kan jadi tamunya Allah, kita ada majis baca hadis-hadis fadilah, setelah itu kita minum kopi sambil kenal-kenalan”.
“Minum kopi...? Ada kopi?”
“Iya pak!, bener kita nanti minum kopi”. Satu kelemahanku apabila ada orang ngajak minum kopi tidak bisa kutolak, jadi itulah yang membuatku masuk kedalam masjid. Aku duduk bersama mereka membuat halaqah, salah seorang dari mereka mulai berbicara “Saudara-saudara yang dikasihi Allah, semua manusia mencari kebahagiaan, ada yang mencari bahagia dalam harta,kekuasaan dan jabatan, tapi mereka tidak akan menemukan bahagia di sana, semuanya semu, kebahagiaan manusia Allah tidak meletakkan dalam harta,kekuasaan dan jabatan, kalau bahagia itu ada di harta niscaya Qarun akan dapat mengecap kebahagiaan itu, kalau bahagia itu dalam kekuasaan dan jabatan Firaun dan Hamman pasti sudah bahagia, tapi kenyataannya, mereka adalah manusia-manusia sengsara dilaknat, karna ingkar dan lalai atas ajaran agama, Allah berfirman “barang siapa yang lalai dari mengingatku sesungguhnya ia akan hidup dalam keadaan sempit”. firmannya lagi “ketahuilah! hanya dengan mengingat Allah hatimu akan tentram damai”. tanpa terasa bercucuran air mataku, aku menangis sejadi jadinya, aku merasa telah kutemukan apa yang kucari selama ini, kebahagiaan! ya..., aku telah salah jalan, mencari bahagiaku dalam harta dan nama! dan kutemukan bahagiaku dalam mengingatmu dalam mencintaimu ya Allah!, Ya Allah! engkau telah selamatkan hambamu ini dari kematian yang sia-sia!, yasin, kamu tahu apa yang akan terjadi padaku, seandainya mereka meninggalkan begitu saja ketika aku tak mau diajak, Aku akan mati dalam keadaan hina, jadi nak yasin, kamu harus berjalan ke seluruh manusia dengan cahaya islam yang telah kamu dapatkan, banyak manusia yang salah jalan dalam mencari kebahagiaan hidup mereka
Saykh Yunus mengakhiri kisahnya dengan menangis terisak-isak, aku jadi terharu***
Ternyata bukan aku saja yang tak bahagia, semua manusia sedang mencari bahagia hakiki, kebahagiaan itu hanya ada pada agama ini, aku berniat akan menuntun mereka yang mencari kebahagiaan di tempat yang salah ke tempat aku mendapatkan kebahagiaan.
Aku naiki menara Eifel yang berdiri angkuh, sampai di puncak aku berdo'a ”Wahai Allahku! jadikan menara ini tempat berkumandangnya suara azan, agar panggilan kebahagiaan yang kau janjikan bisa didengar di seluruh penjuru kota Paris”.
Hari semakin beranjak sore, udara terasa makin dingin, kota Paris sedang memasuki musim dingin.
Kairo. Senin, September 24 2007,00:17
